www.biblelight.net – Pentingnya Akhlak Dalam Kehidupan Sehari Hari. Menurut istilah etimologi (bahasa), moralitas berasal Bahasa Arab, قأخال, artinya “karakter, perilaku, Temperamen dan karakter “. Pada saat yang sama, dalam istilah (term), arti moralitas merupakan sifat yang melekat pada jiwa, menghasilkan perilaku yang spontan, santai, dan tidak diinginkan Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Menurut makna di atas, Anda dapat memahami apa yang spesifik Cara setiap aktivitas sangat bergantung pada kondisi mental pelaku Berupa tingkah laku, temperamen dan karakter. Seperti yang dikutip oleh Pak Hasyim Syamhudi, begitulah gagasan Imam Al Ghazali. Dalam bukunya yang berjudul “Akhlak Tasawuf”:
Para ahli memiliki pengertian sebagai berikut tentang etika, dan ada beberapa pendapat:
- Menurut Ibn Mazkawaih (Ibnu Mazkawaih), akhlak adalah keadaan pikiran manusia yang mendorongnya untuk bertindak tanpa berpikir dan merencanakan.
- Menurut Al-Ghazali: “fakhluqu” ibaratu “haiatin fin nafsi raasikhatun” anha tashdurul af’alul bisuhuulatin wa yusrin min ghairi hajaatin ila fikrin wa ru yatin”. (Etika adalah sifat yang ada di lubuk hati yang memungkinkan orang untuk mengambil tindakan dengan mudah tanpa berpikir dan mempertimbangkan).
- Menurut Rosihan Anwar (Rosihan Anwar), moralitas adalah keadaan pikiran manusia yang mendorong orang untuk bertindak tanpa pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah kondisi jiwa yang terlatih dan oleh karena itu akhlak berada di dalam jiwa tersebut Itu memang memiliki sifat yang melekat, dan dapat dengan mudah dan spontan menghasilkan tindakan tanpa berpikir dan imajinasi.
- Asal mula pengajaran pendidikan akhlak
Sumber doktrin moral mengacu pada ukuran baik atau buruk atau mulia dan jahat. Seperti semua ajaran Islam, akar dasar moralitas adalah Alquran dan Sunnah. Perilaku Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi seluruh umat manusia. Ayat-ayat di atas memberitahu umat manusia bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki pahala dan kebajikan yang tak ada habisnya. Muhammad SAW memang memiliki sikap moral yang paling tinggi. Oleh karena itu, Muhammad Saw digunakan sebagai uswah.
- Ruang lingkup akhlak
Menurut berbagai definisi akhlak, akhlak tidak ada batasnya, meliputi dan meliputi segala aktivitas, usaha dan usaha manusia yaitu nilai tingkah laku. Dari perspektif Islam, kapan dan di mana moralitas itu komprehensif dan holistik
Saya harus etis. Oleh karena itu, inilah perilaku manusia dan tidak akan pernah lepas dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, ruang lingkup akhlak Islam seluas kehidupan manusia itu sendiri, dan harus diterapkan dalam kehidupan manusia.
Akhlak Islam meliputi:
- Hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta. Terima kasih Tuhan. Titik awal moral bagi Allah adalah pengakuan dan pengakuan Sadarilah bahwa hanya ada Tuhan dan Allah. Adapun akhlak Allah SWT termasuk senantiasa menjaga kebersihan badan dan pikiran, Abaikan perilaku jahat dan jahat dan sadari bahwa manusia itu setara.
- Moralitas untuk rekan senegaranya. Ada banyak detail tentang perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk tentang itu tidak hanya dalam bentuk melarang hal-hal negatif seperti membunuh, merugikan tubuh, atau mengambil harta benda tanpa alasan yang sah, dan juga menyakiti hati dengan menceritakan rasa malu kepada orang lain. Namun, nilai moral rekan senegaranya termasuk menjaga Buat orang lain berpikir normal, pertahankan kehormatan diri, toleransi terhadap kepercayaan sendiri, saling membantu, dll.
- Moralitas lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan biologis lainnya, termasuk air, udara, tanah, tumbuhan, Dan hewan. Jangan menyakiti bumi ini.
A. Definisi komposisi akhlak
Membicara kan masalah pembentukan akhlak sama dengan membicara kan tujuan pendidikan, karena banyak ahli yang meyakini bahwa tujuan pendidikan adalah pembinaan akhlak. Sebagaimana Abuddin Nata mengutip Muhamad Al-Abrashy dalam bukunya yang berjudul “Akhlak Tasawuf” (Akhlak Tasawuf), pendidikan akhlak dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam. Senada dengan itu, Ahmad D. Marimba meyakini bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu menjadi hamba Allah, beriman dan beriman kepada Islam. Hampir semua tokoh moral, seperti Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, dan al-Ghazali, meyakini bahwa akhlak adalah hasil pendidikan dan latihan. Pelatih, bekerja keras. Imam al-Ghazali mengungkapkan kutipan dari Dr. Ihya’Ulum al-Din dalam karyanya. H. Nasharudin.
Baca Juga: Bangunan Percandian dari Peninggalan Agama Budha di Indonesia
Maklum, pembentukan etika merupakan upaya membentuk perilaku dengan cermat menggunakan metode pendidikan dan pembiayaan yang terencana dengan baik, serta dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Karena misi Nabi dan Rasul adalah menegakkan dan membentuk akhlak manusia, maka akhlak perlu dibentuk. Seperti yang disampaikan dalam Alquran, manusia diperintahkan untuk menggunakan perbuatan Nabi dan Rasul sebagai teladan dalam hidup.
Pentingnya pendidikan akhlak yang baik oleh Nabi dan Rasul adalah agar manusia tidak sepenuhnya memahami apa yang baik atau buruk. Karena soal baik atau buruk tergantung wahyu yang disampaikan oleh rasul. Padahal, melalui berbagai lembaga pendidikan, baik formal, informal maupun informal, dapat membangun upaya moral Lanjutkan dan kembangkan melalui berbagai cara. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak perlu dibentuk, dibina, dididik, dan dibiasakan.
Selain pendidikan, faktor lain yang mendukung pembentukan karakter seseorang adalah orang tua dan lingkungannya.Tanpa bimbingan orang tua dan lingkungannya, perilaku anak tidak akan mengarah pada Orang baik. Tandanya, akal manusia tidak akan pernah bertemu dengan moralitas material. Melalui utusannya, Allah memberi tahu umat manusia bahwa akhlak yang baik ditentukan oleh kebahagiaan dan kehendak Allah, bukan kehendak manusia. Manusia ditentukan oleh takdir dan siap memasuki dunia dan menerima kodratnya. Kemudian, Tuhan mengajari manusia bagaimana bersikap etis terhadap dirinya dan orang lain serta lingkungannya.
B. Tujuan pembentukan akhlak
Dari perspektif tujuan akhir setiap layanan, itu adalah untuk menumbuhkan kesalehan. Menerima berarti menjalankan perintah dan menjauh dari larangan agama. Artinya menghindari perilaku jahat dan menunjukkan perilaku yang baik (akhlakul karimah). Orang yang saleh artinya Seseorang yang berkarakter mulia, mulia dan berbudi luhur. Dalam proses memperlakukan Tuhan, manusia selalu memikirkan hal-hal yang bersih dan suci. Ibadah saja membuat seseorang kuat dan murni. Pada saat yang sama, jiwa yang murni membawa karakter yang baik dan mulia. Oleh karena itu, selain latihan spiritual, beribadah juga merupakan latihan sikap dan akal budi. Misalnya shalat sangat erat kaitannya dengan amalan Seperti yang dikatakan Allah SWT. Oleh karena itu, tujuan doa adalah menjauhkan orang dari perbuatan jahat dan mendorong mereka untuk melakukan perbuatan baik. Saat beribadah, pada awalnya didorong oleh rasa takut akan siksa Allah, namun di dalam ketakutan itu berangsur-angsur lenyap, dan rasa cinta kepada Allah muncul di dalam hatinya. Semakin banyak dia beribadah, semakin murni hatinya, dan karakternya akan semakin tinggi.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan moralitas
Perilaku setiap orang didasarkan pada kemauan. Apa yang dilakukan orang berasal dari jiwa. Meski panca indera sulit dilihat dari perspektif psikologi, namun dapat dilihat dalam bentuk tingkah laku. Oleh karena itu, setiap perilaku bersumber dari psikologi.
Apakah faktor-faktor yang menentukan produksi aktivitas intelektual:
- Naluri
Naluri adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, dianggap ada sejak lahir dan ada di setiap spesies. Insting sangat membutuhkan arahan agar aktivitas horizontal (jiwa) yang dihasilkannya menjadi aktivitas yang memiliki nilai moral. Arahan yang terlibat bisa berupa pendidikan, pelatihan dan pembiasaan.
- Kebiasaan
Salah satu faktor moral yang penting adalah kebiasaan. Kebiasaan sering kali merupakan tindakan yang berulang, sehingga mudah dilakukan. Dalam etika adat, hal ini harus dicapai. Dalam bahasa agama, pembiasaan disebut istiqomah. Misalnya, ajaran shalat lima waktu, waktu pelaksanaan puasa Ramadhan selama satu bulan, ajakan Idul Fitri bagi orang-orang yang berkualitas, dll., Adalah bentuk-bentuk Islam tertentu yang membuat orang terbiasa berbakti kepada dedikasi, amal dan penyembahan Dari suatu bentuk.
Selain itu, ada dua faktor penting yang melahirkan adat istiadat:
- Karena dia cenderung melakukan tindakan semacam ini di dalam hatinya, dia dengan senang hati melakukannya. Ia mematuhi kecenderungan hati melalui latihan yang berulang-ulang, sehingga dapat dicapai.
- Orang yang menerima tindakan akan mengembangkan kebiasaan, kemudian tindakan tersebut sulit untuk ditinggalkan karena sudah mengakar pada kepribadiannya. Pengaruh kebiasaan begitu besar sehingga ketika akan berubah, biasanya menimbulkan reaksi internal yang cukup besar dalam diri orang tersebut.
- Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang seseorang dikelilingi atau kelilingi dalam hidupnya. Dengan cara ini, orang yang hidup selalu berhubungan dengan orang lain. Inilah mengapa manusia harus rukun. Dalam hubungan ini terdapat interaksi yang saling mempengaruhi dalam pemikiran, karakteristik, dan perilaku. Untuk kematangan karakter dan perilaku seseorang, inilah faktor lingkungan yang menentukan. Ini sesuai dengan tafsir Allah.
- Hati nurani
Suara batin yang diterangi disebut hati nurani, yang dalam Al-Qur’an disebut fuadah, sedangkan suara batin tidak diterangi. Ini disebut waswis. Fuadah tidak pernah berbohong, dan selalu mengajaknya melakukan aktivitas yang menyayat hati, sehingga selalu benar dalam menyampaikan pesannya. Orang-orang di masa lalu selalu mengajaknya melakukan aktivitas psikologis untuk menjamin kepuasan para hedonis, yang sebenarnya hanya bersifat sementara. Untuk itu, sangat perlu meminta perlindungan dari godaan Allah dan dilindungi oleh Allah. Semuanya untuk menjaga keutuhan aktivitas mental dengan nilai moral.
- Kehendak
Kemauan merupakan faktor yang memotivasi orang untuk bertindak serius. Dalam perilaku manusia, kemauan inilah yang mendorong manusia untuk memiliki akhlak. Akan mendorong orang untuk bekerja keras.Tanpa kemauan, semua pikiran, keyakinan, keyakinan, dan pengetahuan menjadi negatif, tidak berarti bagi hidupnya. Keterampilan ahli, ketajaman pikiran ahli pemikiran, kehalusan perasaan, pemahaman tentang kewajiban dan manfaat yang harus dipenuhi, dan hal-hal buruk yang harus dilupakan. Jika tidak ada, semua ini tidak berpengaruh pada kehidupan Bersedia atau mau menerapkannya. Oleh karena itu, hal ini akan menarik perhatian khusus di bidang etika, karena menentukan pro dan kontra dari suatu tindakan. Melalui kemauan inilah niat baik dan niat buruk dapat terwujud, dan karenanya perilaku manusia menjadi baik atau buruk karena kemauannya.
- pendidikan
Pendidikan juga merupakan faktor penting dalam pembentukan akhlak, karena dalam pendidikan semacam ini peserta didik akan dididik untuk membimbing dan mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik, serta membimbing dan mengembangkan bakat tersebut agar bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar. Faktor pendidikan yang mempengaruhi mentalitas siswa hendaknya tidak hanya dilakukan oleh individu dan guru, tetapi juga oleh lingkungan sekolah, kebiasaan sosial dan etiket, dan apapun yang dapat menginspirasi anak melalui panca indera. Meskipun waktu anak di sekolah terbatas,
Ini relatif singkat, tetapi kesan yang diberikan anak itu luar biasa. Karena sekolah adalah tempat untuk mempraktikkan tata krama dan tata cara wajib mengikuti. Oleh karena itu, budi pekerti yang baik menjadi karakter seorang anak baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Mekkah
Setidaknya ada dua cara mendidik atau melanjutkan tingkah laku atau sistem moral:
- Respon stimulus atau proses penyesuaian, yang mengarah ke otomatisasi, dapat dicapai melalui latihan, pertanyaan dan jawaban, dan contoh.
- Kognisi, yaitu transmisi informasi teoritis, dapat dicapai melalui dakwah, pidato, diskusi dan metode lainnya.
D. Metode Pembinaan Moral
Dalam proses pembentukan akhlak, metode memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, Anda perlu berhati-hati saat menentukan metodenya. Menurut Islam, cara yang dapat digunakan untuk membentuk akhlak adalah sebagai berikut:
- Mauidzah dan saran
Mauidzah harus mengajarkan moralitas yang terpuji, menginspirasi penerapannya, menjelaskan moralitas yang keji, dan memperingatkan atau meningkatkan keramahan dengan melembutkan jiwa. Adapun nasihat, pada dasarnya memurnikan orang yang dinasehati dari kebohongan, dan Alquran sering memperingatkan. Seperti yang dikatakan Allah.
- Teladan
Pentingnya teladan dalam membangun akhlak anak merupakan pesan yang kuat dari Alquran. Karena model merupakan sarana penting untuk membentuk kepribadian. Moralitas yang baik tidak dapat dibentuk hanya melalui pelajaran, instruksi, dan larangan, karena kebiasaan jiwa tidak dapat menerima keutamaan yang guru perintahkan untuk dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Menanamkan Etika membutuhkan pendidikan jangka panjang, dan harus ada pendekatan yang berkelanjutan. Pendidikan tidak akan berhasil, tetapi jika ada contoh yang baik dan nyata maka pendidikan akan berhasil. Satu hal yang perlu dilakukan dalam dunia pendidikan adalah membekali siswa dengan teladan bagi guru. Seperti yang dikatakan Mahmud Yunus:
“Guru mengemban tugas yang sangat penting, yaitu mengembangkan ilmu dan meningkatkan ilmu. Terdaftar. Guru yang melaksanakan pendidikan moral dan agama di hati anak-anak. Oleh karena itu, guru memiliki peluang besar untuk memperbaiki kekurangan terbesar di masyarakat. “
Oleh karena itu, jiwa dan kemampuan memahami orang lain haruslah menjadi ciri yang paling penting. 33 Melalui contoh ini pengetahuan yang diperoleh siswa mudah untuk dihayati dan dipahami, sehingga juga mudah untuk mewujudkan kegiatan horizontal sehari-hari. Beginilah cara kerja Rasulullah SAW. Ia menjadi panutan dalam mendidik teman-temannya, tidak hanya bertanya dan memberikan motivasi, tetapi juga memberikan contoh yang konkret.
- Bebiasaan
Ini sudah dilakukan sejak kecil, dan dilakukan terus menerus. Berkaitan dengan hal tersebut, al-Ghazali mengatakan bahwa karakter seseorang pada dasarnya mampu menerima segala upaya pembentukan melalui kebiasaan. Jika manusia terbiasa melakukan kejahatan, maka dia akan menjadi orang jahat. Untuk itulah, al-Ghazali menyarankan pengajaran moralitas, yaitu dengan melatih jiwa manusia untuk melakukan sesuatu atau melakukan perilaku yang mulia. Jika seseorang bersedia bermurah hati, keinginan dan kemurahan hati menjadi Tabiat berakar kuat.
- Berikan hadiah
Pemberian motivasi berupa pujian atau bakat tertentu akan menjadi salah satu latihan positif dalam pembentukan akhlak. Secara psikologis, seseorang membutuhkan motivasi untuk melakukan sesuatu. Motivasi mungkin masih penting pada awalnya. Namun kedepannya akan meningkat sebagai motivasi spiritual.
- Disiplin pendidikan
Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi aturan atau regulasi yang berlaku. Kepatuhan bukan karena paksaan tetapi sesuai dengan pemahaman nilai dan
Pentingnya mengikuti aturan ini. Cara ini identik dengan hukuman atau sanksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang apa yang mereka lakukan Salah, jadi siswa tidak akan mengulanginya.